Ribuan semut api bisa saling terjalin membentuk rakit yang tak bisa tenggelam. Ilmuwan membekukan sebuah "rakit semut api" dan mempelajari teknik mereka dan tercengang.
Semut api bisa dengan mudah mengapung di permukaan air. Selain karena tulang luarnya yang antiair. Seekor semut api bisa berjalan di atas air berkat gelembung udara yang ada di samping tubuhnya serta tekanan air itu sendiri. Oleh karena itu, ketika ribuan semut api bergabung mereka tidak akan tenggelam, bahkan bisa membangun sebuah rakit.
Sekelompok insinyur pun tertarik untuk mencari penjelasan kemampuan semut membangun rakit dari perspektif fisika. Mereka pun membekukan ribuan semut api yang membentuk rakit dengan memasukkannya ke dalam nitrogen cair. Dengan begitu, mereka dapat meneliti struktur rakit semut dengan lebih teliti menggunakan mikroskop elektron.
Nathan Mlot, seorang mahasiswa pascasarjana Georgia Institute of Technology, Atlanta, yang terlibat dalam studi itu mengungkapkan kekagumannya. "Jalinan semut-semut itu sangat kuat sehingga kantung udara terbentuk di antara air dan mereka. Air pun tak bisa menembus struktur rakit itu," kata Mlot.
Rakit semut bisa terbentuk karena semut-semut itu bisa memanfaatkan kekuatan gelembung udara dari semut di sebelahnya. Mereka saling berpegangan pada rahang bawah atau kaki depan temannya yang mampu menahan beban sampai 400 kali berat mereka. Dengan begitu, mereka bisa membentuk perangkat apung bersama dengan menyatukan kantung udara kecil diantara mereka.
Semut-semut yang ada di lapisan paling bawah rakit berada tepat di permukaan air. Semut lainnya kemudian menumpuk di atasnya. Struktur ini sangat kuat sehingga sekalipun mereka tenggelam, kantung udara mereka akan membawa mereka kembali ke permukaan. Selain itu, mereka juga tetap berupaya mempertahankan bentuk rakit. Ketika para peneliti dengan susah payah mengambil satu persatu semut yang ada di bagian atas, semut yang ada di bawah akan segera naik untuk mengisi posisi yang kosong sehingga ketebalan rakit tetap terjaga.
"Perilaku organisasi sosial seperti ini sangat tidak biasa," kata Joshua King, ahli ekologi serangga dari Central Connecticut State University, New Britain. Studi ini menegaskan keunikan perilaku kolektif serangga sosial dibandingkan hewan lain. "Semut seperti komputer kecil, bekerja berdasarkan beberapa aturan kelompok yang sederhana," tukas Mlot.
No comments:
Post a Comment