Menimbang Jokowi dan Ahok untuk Pemilu Presiden



Foto: radarjakarta

JAKARTA -- Nama Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama boleh dibilang melekat di benak publik sebagai pasangan yang cocok. Dua sosok ini saling melengkapi, setidaknya seperti yang terlihat selama berpasangan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Apakah kombinasi ini juga cocok untuk kursi presiden dan wakil presiden Indonesia?

"Berdasarkan survei, pasangan ini (dinilai) paling ideal memimpin Indonesia," kata Direktur lembaga Eksekutif Cyrus Network Hasan Batupahat, Kamis (10/4/2014). Menurut para responden, dua figur ini saling mengisi, tidak berebut kekuasaan, dan teruji kompak di Jakarta.



"Ahok (panggilan Basuki, red) tidak akan berebut perhatian dengan Jokowi. Dia selalu konsisten sebagai eksekutor program, berada di kantor, lantas Jokowi yang bekerja di lapangan. Karakternya pas," papar Hasan. 

Pendapat tersebut, kata Hasan, terpotret dalam jajak pendapat yang melibatkan 8.000 responden pada hari pemungutan suara Pemilu Legislatif 2014, Rabu (9/4/2014). Jajak pendapat itu menggunakan metoda exit poll, alias menanyai pemilih seusai dia memberikan suara di tempat pemungutan suara.

Survei tersebut memang hanya menempatkan Jokowi dan Basuki pada peringkat kedua tingkat keterpilihan, dengan dukungan 39 persen. Tingkat keterpilihan tertinggi Jokowi justru ketika dipasangkan dengan Jusuf Kalla, mencatatkan dukungan 41 persen. Namun, ujar dia, penggunaan rentang kesalahan plus minus 1 persen dalam survei ini menempatkan kedua data dalam kategori setara.

Lagi pula, imbuh Hasan, ada kelemahan yang akan muncul bila Jokowi berpasangan dengan Kalla, sekalipun memiliki tingkat keterpilihan tertinggi. "Kelemahan pasangan ini adalah kebiasaan yang mirip sekalipun tak ada persoalan pada sisi kinerja," sebut dia. Ibaratnya, Jokowi dan Kalla bakal menjadi menara kembar dalam kepemimpinan. "Jokowi senang blusukan ke kampung-kampung, Kalla juga senang berjalan kaki," kata dia.

Pasangan Jokowi dan Kalla, imbuh Hasan, dikhawatirkan akan mengalami kesulitan saat pembagian kerja tak berjalan. "Persoalan lain, JK bakalan membawa gerbong besar untuk duduk di kabinet," sebut dia. 

Sementara itu, kata Hasan, bila Jokowi berpasangan dengan Basuki, maka mereka akan memberi warna baru bagi demokrasi di Indonesia. "Dua partai oposisi merebut kekuasaan dengan jalan demokratis, bersatu membentuk kerja sama (di) pemerintahan." 

Hasan mengakui jalan pasangan Jokowi dan Basuki bakal terjal bila memang hendak berlaga bersama di Pemilu Presiden 2014. "Tapi, dalam politik tak ada yang tak mungkin," ujar dia.  Menurut dia, Partai Gerindra pun tak dirugikan bila Basuki dipasangkan dengan Jokowi. Survei mendapatkan, Jokowi dipasangkan dengan Kalla maupun Basuki tak akan mempengaruhi dukungan untuk Prabowo akan tetap di kisaran 21 persen. 

Justru, kata Hasan, ketika Jokowi dipasangkan dengan Ryamizard Ryacudu maka elektabilitas pasangan ini akan turun dan barulah suara untuk Prabowo dan pasangannya bertambah. Menurut Cyrus, Ryamizard merupakan sosok mewakili kader internal PDI-P yang bisa dipasangkan dengan Jokowi. Bila Jokowi menggandeng Ryamizard, dukungan pasangan ini akan turun menjadi 32 persen, sedangkan dukungan untuk Prabowo dan pasangannya akan naik ke kisaran 24 persen.
Sumber: Kompas


Penulis: Fabian Januarius Kuwado
Editor: Palupi Annisa Auliani

No comments:

Do the Best

"Perbuatan baik kadang membutuhkan konsekuensi yang cukup besar. Jika Anda memutuskan untuk melakukannya, jangan pernah sesali hal itu di kemudian hari."